Melati (Jasmine)
Melati putih atau Jasminum sambac adalah spesies melati yang berasal dari Asia selatan (di India, Myanmar dan Sri Lanka. Penyebaranya dimulai dari Hindustan ke Indocina, lalu Kepulauan Melayu. Bunga ini menjadi satu dari tiga bunga nasional Indonesia (sebagai "Puspa Bangsa"). Bunga ini juga menjadi bunga nasional Filipina.
Melati putih tumbuh di pekarangan dan dapat digunakan sebagai tanaman pagar. Ketinggiannya dapat mencapai 2 meter.
Jasmine |
Morfologi
Melati dapat digolongkan sebagai semak, bisa juga agak merambat.[5] Melati merambat dengan "berantakan" (terjurai), atau "longgar" ketika masih muda.[6] Batangnya bulat berkayu dengan tinggi 0,3-3 meter.[3] Ia memiliki batang yang bercabang, dan berwarna coklat.[7] Daun melati putih berjenis tunggal, tangkai daun pendek, dengan ukuran sekitar 5 mm, dengan letak yang berhadapan. Helaian daunnya
berbentuk bulat telur, hingga menjorong, ujungnya runcing, pangkalnya
membulat, tepinya rata, tulang daunnya menyirip, dengan ukuran 5-10 cm × 4-6 cm. Perbungaannya termasuk majemuk,[3] tumbuh di ketiak daun,[7]
terbatas dengan jumlah 3 bunga atau sebuah tandan padat dengan banyak
bunga. Bunganya tunggal atau berpasangan (di varietas kultivasi), dengan
7-10 ruas kelopak, panjang 2,5-7 mm, berbulu halus, panjang tabung
mahkota 7-15 mm, sebanyak 5 cuping, bundar telur atau lonjong, panjang
8-15 mm, kebanyakan putih, beraroma kuat.[6] Mahkota bunganya berbentuk lembaran mengerut, seperti terompet, yang berwarna putih,[3] dan berbau wangi.[5] Buahnya termasuk buah buni,
mengkilap, dan berwarna hitam, dan dikelilingi kelopak. Beberapa
varietas melati berbunga ganda dikenal tidak menghasilkan buah.[6]
Akarnya termasuk tunggang,[7] sulit untuk dipatahkan, -kalaupun dipatahkan-, bekasnya tidak rata, dan juga tidak berserat.[3] Akarnya berbuku-buku/membesar.[6]
Makna penting
Jasmine |
Melati putih adalah salah satu dari bunga nasional Indonesia
(ditetapkan secara resmi melalui Undang-undang tahun 1990), dua bunga
nasional lainnya adalah anggrek bulan dan padma raksasa.[9]
Makna penting melati putih dalam budaya Indonesia sudah dikenal jauh
lebih tua. Telah lama dikenal sebagai bunga suci dalam tradisi
Indonesia, melambangkan kesucian, keanggunan yang sederhana, dan
ketulusan. Ia juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan
kerendahan hati, karena meskipun bunga putih ini kecil dan sederhana,
tetapi wanginya harum semerbak. Bunga ini merupakan bunga yang paling
penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa di Indonesia,
terutama di Jawa.[14]
Kuncup bunga melati yang belum sepenuhnya mekar biasanya dipetik,
dikumpulkan dan dirangkai menjadi roncean melati. Pada hari pernikahan,
pengantin adat Jawa atau Sunda dihiasi roncean melati yang membentuk
jaring pembungkus konde, dan sebagian lainnya membentuk rantai rumit
roncean melati yang menggantung dari kepala pengantin wanita. Melati
juga menghiasi keris pengantin pria, rangkaian ini disebut roncen usus-usus yang merujuk kepada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan dengan legenda Arya Penangsang. Pengantin Makassar dan Bugis
juga menghiasi rambutnya dengan kuncup melati yang disematkan ke rambut
menyerupai butiran mutiara.
Melati memiliki makna luas dalam tradisi Indonesia; ia adalah bunga
kehidupan, keindahan, dan pernikahan, akan tetapi seringkali dikaitkan
dengan arwah orang yang telah wafat dan kematian. Dalam lagu dan puisi
perjuangan Indonesia, gugurnya bunga melati seringkali dijadikan
perlambang gugurnya pahlawan yang berkorban demi bangsa dan negara.
Makna ini sangat mirip dengan gugurnya bunga sakura dalam tradisi Jepang
yang melambangkan gugurnya para pejuang. Lagu patriotik "Melati di Tapal Batas" (1947) karya Ismail Marzuki dan "Melati Suci"[15] (1974) karya Guruh Sukarnoputra
menggambarkan melati sebagai pahlawan yang gugur di medan perjuangan,
yang harumnya senantiasa hadir sebagai kusuma yang menghiasi Ibu Pertiwi. Lagu "Melati dari Jayagiri"
karya Iwan Abdurachman mengibaratkan melati sebagai kecantikan seorang
gadis suci dan cinta masa lalu yang telah hilang dan senantiasa
dirindukan.
Di Hawaii, melati dikenal sebagai pikake, dan digunakan untuk membuat kalung rangkaian bunga harum khas Hawaii yang disebut lei.
Nama 'pikake' berasal dari bahasa Hawaii yang berarti "Merak", karena
putri Hawaii Kaʻiulani menyukai bunga ini dan burung merak.[10]
Di Kamboja, bunga ini digunakan sebagai persembahan sesaji untuk Buddha.
Saan musim berbunga yang dimulai bulan Juni, orang Kamboja merangkai
bunga ini pada lidi untuk dipersembahkan kepada Buddha dalam
persembahyangan.[16]
Melati |
Di China, bunga ini menjadi campuran minuman teh melati (茉莉花茶).[3] Serta menjadi tema lagu rakyat Mo Li Hua,
yang disensor oleh pemerintah komunis Republik Rakyat China karena
dikaitkan dengan perjuangan demonstrasi mahasiswa pro demokrasi pada
tahun 2011.[18]
Pengobatan
Melati putih yang sering disebut melati saja di Indonesia
memiliki rasa bunga dan daun yang rasanya pedas, manis, dan sifatnya
yang sejuk. Simplisia yang dipergunakan dalam pengobatan ini berkhasiat
antiradang, merangsang keluarnya keringat (diaforetik), peluruh air seni
(diuretik), dan melegakan nafas. Adapun akarnya, terasa manis, pedas, netral, dan agak beracun. Ini bersifat mematikan rasa (anastesi), dan menghilangkan nyeri (analgesik). Ramuan melati putih dilarang untuk diminum oleh ibu hamil dan kondisi badan lemah.[3]
Penyakit yang kiranya bisa diobati oleh akar melati putih adalah
bengkak (karena luka terpukul), nyeri karena patah tulang, sakit gigi
dan kepala. Daun dan bunga melati putih digunakan untuk mengobati flu, diare, demam, menghaentikan ASI, dan bisul. Rendaman akar (dicampur minyak kelapa) digunakan untuk obat tetes telinga.[3]
Sumber:
- Aiton, W. 1789. Hortus Kewensis; or, a Catalogue of the Plants Cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew. London 1: 8. London :Printed for George Nicol, Bookseller to his Majesty.
- The Plant List: Jasminum sambac (L.) Sol.
- a b c d e f g h Dalimartha, Setiawan (2009) (editor:Ria Dahlianti). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 6:107-110. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 978-979-1480-19-2.
- Linne, Carl von. 1753. Caroli Linnaei ... Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, ... Tomus 1: 6. Holmiae :Impensis Laurentii Salvii (1 May 1753).
- a b Sastrapradja, Setijati; Naiola, Beth Paul; Rasmadi, Endi Rochandi; Roemantyo; Soepardijono, Ernawati Kasim; Waluyo, Eko Baroto (Red. S. Sastrapradja) (1980). Tanaman Pekarangan. 16:84. Jakarta:Kerjasama LBN - LIPI dengan Balai Pustaka.
- a b c d "Jasminum sambac L.". Prohati. Diakses 9 May 2013.
- a b c "Dioscorea alata L.". Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diakses 9 May 2013.
- "Philippine Fast Facts: National Flower: Sampaguita". National Commission for Culture and the Arts, Republic of the Philippines. Diakses May 8, 2011.
- a b "ASEAN National Flowers". ASEAN secretariat. Diakses May 8, 2011.
- a b c W. Arthur Whistler (2000). Tropical ornamentals: a guide. Timber Press. hlm. 284–285. ISBN 9780881924756.
- Teresita L. Rosario. "Cut Flower Production in the Philippines". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses May 8, 2011.
- Greg Nickles (2002). Philippines: the people. The lands, peoples, and cultures. Crabtree Publishing Company. hlm. 27. ISBN 9780778793533.
- Robert H. Boyer (2010). Sundays in Manila. UP Press. hlm. 230. ISBN 978-971-5426-30-5.
- Toto Sutater & Kusumah Effendie. "Cut Flower Production in Indonesia". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses May 8, 2011.
- Melati Suci
- James H. Wandersee & Renee M. Clary. "Divinity in Bud". Human Flower Project. Diakses May 8, 2011.
- Tony Walsh (2004). "Jasmine Scents of Arabia". Arab News Review (Saudi Research & Publishing Company (SRPC)): 1–3. ISSN 0254-833X. Diakses May 8, 2011.
- "Jasmine stirrings in China: No awakening, but crush it anyway: The government goes to great lengths to make sure all is outwardly calm". The Economist. Diakses May 8, 2011.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Melati_putih
Unknown Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment